Senin, 01 September 2014

ide-ide pembangunan lain

PEMBANGUNAN LAIN (ANOTHER DEVELOPMENT)
Penulis
1.      Anisa                          1216041016
2.      Antonia Linawati       1216041018
3.      Johansyah                   1216041018
4.      M. Eko Prasetyo         1216041018
5.      Nadiril Syah               1216041018
6.      Novita Sari                 1216041074
7.      Ria Rustiana Widia    1216041088
8.      Ridha Ayu Amalia     1216041090
9.      Sholehudin Ridlwan 1216041018

P.S                   : Ilmu Administrasi Negara
Mata Kuliah    : Teori Pembangunan
Dosen             : Meiliyana, S.IP., M.A.

2.jpg

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
15 Agustus 2014
Ide-ide Pembangunan Lain
Pembangunan lain (another development) merupakan jawaban bagi serangkaian kritik dan keberatan terhadap  paradigma modernisasi dan aliran depedensia.  Kepedulian terhadap degradasi lingkungan hidup sebagai dampak dari kegiatan pembangunan diwujudkan dalam bentuk pendekatan pembangunan berwawasan lingkungan. Kesenjangan yang semakin membesar yang tidak sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan secara makro memicu pemikiran pembangunan egalitarian, yang diwujudkan dalam bentuk pendekatan kebutuhan dasar. Pendekatan pembangunan lainnya adalah pembangunan berwawasan etnik. Pendekatan ini menawarkan jalan keluar bagi masalah ketersediaan ruang hidup bagi keberlangsungan etnik, khususnya minoritas, yang tidak diperhatikan secara memadai, baik dalam paradigma modernisasi maupun dependensia.
1.      Pembangunan egalitarian
Konsepsi pembangunan ini berkembang sebagai jawaban atas ketidakberhasilan pertumbuhan ekonomi yang tinggi menggapai semua lapisan masyarakat. Pengalaman pembangunan di beberapa negara menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada skala nasional, ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar dari sebagian besar masyarakatnya, bahkan dalam beberapa kasus diiringi dengan meningkatnya kemiskinan absolute.
Di negara-negara berkembang, perhatian utama terfokus pada dilema kompleks antara pertumbuhan dan distribusi pendapatan. Keduanya sama-sama penting namun hampir selalu sangat sulit untuk diwujudkan secara bersamaan. Pengutamaan yang satu akan menuntut dikorbankannnya yang lain. Pembangunan ekonomi mensyaratkan GNP yang lebih tinggi, dan untuk itu tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi pilihan yang harus diambil. Namun, yang menjadi masalah bukan hanya soal bagaimana caranya memacu pertumbuhan, tetapi juga siap melakukan dan berhak menikmati hasil-hasilnya, kalangan elit-kaya raya yang minoritas, ataukah mayoritas rakyat miskin. Seandainya yang diserahi wewenang  itu adalah kelas elit yang kaya maka mereka akan memacu pertumbuhan dengan baik, hanya saja ketimpangan pendapatan dan kemiskinan absolut semakin parah, sebaliknya yang dipilih adalah mayoritas miskin, maka segenap hasilnya akan dibagikan secara merata dan hal ini kurang memungkinkan terpacunya GNP secara agregat atau nasional.
Terlepas dari persoalan etrebut, sekarang banyak negara-negara berkembang yang cukup berhasil mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, mulai menyadari bahwa pertumbuhan yang tinggi tersebut ternyata belum membuahkan manfaat yang berarti bagi para anggota masyarakatnya yang paling miskin dan paling membutuhakan taraf hidup.
Fenomena ini mengggarisbawahi sebuah kenyataan penting, yakni bahwasanya pembangun ekonomi tidak seyogyanya semata-mata diukur berdasarkan peningkatan GNP secara keseluruhan maupun perkapita saja. Kita juga harus memperhatikan sejauh manakah distribusi pendapatan telah menyebar ke segenap penduduk atau lapisan masyarakt, serta siapa saja yang telah menikmati manisnya buah pembangunan.
Meskipun fokus utamanya adalah pada ketimpangan distribusi ekonomis atas pendapatan dan aset, namun perlu diingat bahwa keduanya hanya merupakan bagian kecil dari seluruh ketimpangan di negara-negara berkembang. Selain ketimpangan ekonomis, masih ada ketimpangan kekuasaan, prestise, status, jenis kelamin, kepuasan kerja, kondisi kerja, tingkat partisipasi, kebebasan memilih, atau ketimpangan hak politik yang kesemuanya merupakan komponen fundamental dari hakekat konsepsi pembangunan yakni upaya menegakkan harga diri dan kebebasan untuk memilih.
Jadi, Pembangunan kebutuhan manusia harus secara materil maupun non materil. Kebutuhan non materil diperlukan dimana manusia tidak hanya memerlukan pemenuhan kebutuhan untuk hidup melainkan  martabat individu dan masyarakat serta kebebasan mereka untuk merencanakan tujuan hidupnya tanpa hambatan. Kebutuhan pokok mengacu pada cara hidup bukan pada prasayarat untuk bertahan hidup.
Dalam menghadapi ketimpangan pendapatan dan mencapai pembangunan yang egalitarian diperlukan beberapa kebijakan didalamnya yaitu :
1)   Perbaikan distribusi pendapatan fungsional melalui serangkaian kebijakan yang khusus dirancang untuk mengubah harga-harga faktor produksi
2)   Perbaikan distribusi pendapatan melalui redistribusi progresif kepemilikan aset-aset
3)   Pengalihan sebagian pendapatan golongan atas ke golongan bawah melalui pajak pendapatan dan kekayaan yang progresif
4)   Peningkatan ukuran distribusi kelompok penduduk termiskin melalui pembayaran transfer secara langsung dan penyediaan berbagai barang dan jasa konsumsi atas tanggungan pemerintah.

Contoh :
Kenaikan pendapatan masyarakat tidak berarti ketimpangan akan turun. Data gini ratio (GR) yang merupakan indikator ketimpangan menunjukan hal itu. Jika angka GR semakin kecil, semakin bagus pemerataan pendapatan, sedangkan GR yang semakin besar semakin tinggi ketimpangannya. Data UNDP 2007/2008 menunjukan bahwa GR Indonesia adalah 34,3. Angka tersebut jauh lebih baik dibandingkan dengan GR Namibia 74,3 (tertinggi di dunia) ataupun beberapa negara Afrika yang diatas 60 seperti Lesotho, Botswana, dan Central Africa Republic, yang pada umumnya negara sedang berkembang. Sedangkan beberapa negara makmur justru distribusi pendapatannya baik seperti Swedia 25, Finlandia 26,9, Norwegia 25,8, dan Denmark 24,7 (terendah di dunia). Sedangkan negara maju seperti Jepang memiliki GR 24,9 (termasuk salah satu paling rendah di dunia), dan Jerman 28,3. Ini berarti beberapa negara kaya dan maju ternyata dapat membagi kue ekonominya dengan baik. Sementara beberapa negara maju lainnya GR-nya relatif tinggi seperti Amerika Serikat 40,8, Singapura 42,5, dan Hongkong 43,4, contoh negara kaya yang pemerataan pendapatannya kurang baik sehingga tidak bisa disimpulkan bahwa pendapatan naik pemerataan akan membaik.

2.      Pembangunan Berwawasan etnis (Ethnodevelopment)
Sekitar 40 % masyarakat dari seluruh negara-bangsa (nation state) di dunia ini terdiri dari lima etnik atau lebih, yang seringkali mengalami berbagai bentuk diskriminasi sosial, politik maupun ekonomi. Dalam beberapa tahun terakhir ini, konflik-konflik etnik, bahkan perang saudara, yang bersumber dari ketegangan antaretnik terus meningkat. Lebih jauh, ketegangan antaretnik itu sendiri berkembang karena timpangnya kepemilikan atas sumber-sumber daya yang berharga, misalnya tidak adilnya kesempatan kerja yang tersedia (suku yang dominan biasanya menguasai lapangan kerja). Penduduk pribumi di banyak negara biasanya menderita kemiskinan yang lebih parah ketimbang rata-rata penduduk, jumlah penduduk pribumi itu sendiri diperkirakan mencapai 300 juta jiwa, tersebar di 70 negara. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagaian besar penduduk pribumi itu hidup dalam kemiskinan absolut. Mereka mangalamai malnutrisi, buta huruf, hidup dalam lingkungan kesehatan yang buruk, serta menganggur. Sebagai contoh, para peneliti menemukan bahwa di Meksiko, lebih dari 80% penduduk pribuminya miskin, padalah hanya 18% dari penduduk nonpribumi di negara itu yang masih bergulat dengan kemiskinan.
Dari latar belakang masalah diatas, pembangunan etnis (ethnodevelopment) juga merupakan salah satu poin penting dalam proses pembangunan. Seringkali etnis yang berada dalam wilayah yang mengalami pembangunan tidak mendapatkan perhatian. Pembangunan ini didasari pemikiran bahwa pengembangan potensi dari berbagai kelompok etnis yang berbeda untuk menghindari perseteruan. Strategi pembangunan ini dalam kerangka pluralisme cultural. Berbagai komunitas yang berbeda dalam masyarakat memiliki adat istiadat yang unik serta system nilai yang berbeda. Sehingga konsep pembangunan ini merupakan bentuk perlindungan terhadap hak-hak budaya, religious, dan bahasa.  Berbagai masalah dapat muncul akibat pluralism cultural ini, diantaranya perebutan sumberdaya alam yang langka, ketidakseimbangan regional, masalah distribusi, bursa tenaga kerja, dan lain-lain.
Contoh :
Sejauh ini baru Malaysia yang secara terbuka memasukkan konsep ethnodevelopment dalam formulasi Kebijaksanaan Ekonomi Baru-nya (NEP). NEP dirancang dan digunakan untuk menjamin agar buah pembangunan dapat dirasakan kepada semua warga negara secara adil, baik ia dari komunitas Cina, India, dan masyarakat pribumi Malaysia (Faaland, et al. 1990). Inilah barangkali sebab utama adanya data mengenai distribusi antar etnis dalam setiap publikasi data Malaysia.
3.      Pembangunan mandiri
Konsep ini mengandung arti bahwa setiap masyarakat pada dasarnya mengandalkan kekuatan dan sumber daya sendiri (Sumber daya manusia, Sumber daya alam dan kekuatan budaya). Merupakan antitesis dari “ketergantungan”.  Kemandirian merupakan jalan keluar terhadap kesenjangan yang disebabkan oleh interaksi. Sampai batas tertentu pemikiran radikal ini telah mendorong negara-negara miskin untuk mencoba lebih mandiri dan independen dalam upaya-upaya pembangunan mereka, meskipun dalam prakteknya hal itu sangat sulit. Kelompok-kelompok tertentu di negara-negara berkembang (seperti para tuan tanah dan pengusaha militer, pejabat pemerintah) dituding turut menikmati penghasilan yang tidak sepatutnya. Kelompok elit pengusaha yang kepentingan utamanya adalah melestarikan sistem kapitalis karena mereka memang mendapatkan banyak keuntungan darinya.
Ada tiga faktor atau komponen utama pada pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa, yaitu :
1.      Akumulasi modal, yang meliputi setiap bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia.
2.      Pertumbuhan penduduk yang beberapa tahun selanjutnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja.
3.      Kemajuan teknologi.
Besar kecilnya potensi pertumbuhan ekonomi bagi suatu negara jelas sangat dipengaruhi oleh kuantitas maupun kualitas dari sumber daya yang dimilikinya, baik itu sumber daya fisik atau kekayaan alam maupun sumber daya manusia, jumlah serta tingkat keterampilan atau pendidikannya, pandangan hidup mereka, tingkat kebudayaan, sikap-sikap atau penilaian mereka terhadap pekerjaan, dan besar-kecilnya untuk memperbaiki diri secara kreatif dan otonom.
Harapan untuk mandiri masih bisa diperoleh dengan cara menggabungkan daya dan kekuatan ekonomi mereka sendiri. Kerja sama antara sesama negara-negara berkembang juga dapat memperkuat kekuatan tawar-menawar mereka dalam menghadapi negara-negara maju, serta memungkinkan mereka untuk bersikap lebih cermat dan selektif terhadap tawaran modal asing dan bantuan teknik yang disodorkan oleh negara-negara industri maju. 
Contoh :
Negara Cina
Strategi pembangunan mandiri berkaitan dengan strategi pertumbuhan dengan distribusi, namun strategi ini memiliki pola motivasi dan organisasi yang berbeda. Pada dekade 1970-an, strategi ini populer sebagai antitesis dari paradigma dependensia. Ini tidak bisa dilepaskan dari pengalaman India pada masa Mahatma Gandhi, Tanzania di bawah Julius Nyerere, dan Cina di bawah Mao Zendong. Konsep Mao lebih menekankan pada usaha-usaha mandiri dengan sedikit atau tanpa integrasi dengan luar. Di Cina, dikembangkan teknologi “pribumi” daripada mengimpor teknologi dari luar. Konsep “mandiri’ dibawa ke tingkat internasional oleh negara-negara non blok pada pertemuan di Lusaka tahun 1970, dan dielaborasi lebih lanjut pada konferensi non-blok di Georgetown tahun 1972. Dengan demikian konsep “mandiri” telah muncul sebagai konsep strategis dalam forum internasional sebelum konsep Tata Ekonomi Dunia Baru” (NIEO) lahir dan menawarkan anjuran kerjasama yang menarik dibanding menarik diri dari percaturan global. Perjuangan mengejar kemandirian pada tingkat lokal, nasional, atau regional, kadang kala bersifat revolusioner, di lain kasus kadang bersifat reaktif.
4.      Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Eco developmental)
Pemanfaatan sumber-sumber daya alam secara berlebihan tanpa memperhatikan aspek pelestariannya tersebut dengan sendirinya meningkatkan tekanan-tekanan terhadap kualitas lingkungan hidup yang pada akhirnya pasti akan mengancam swasembada atau kecukupan pangan segenap penduduk di negara-negara Dunia Ketiga, kondisi pemerataan distribusi pendapatan serta potensi pertumbuhan ekonomi mereka di masa-masa yang akan datang.
Kerusakan atau degradasi lingkungan juga dapat menyusutkan laju pembangunan ekonomi. Hal ini amat mudah dimengerti karena kerusakan lingkungan akan menurunkan tingkat produktivitas sumber daya alam serta memunculkan berbagai macam masalah kesehatan dan gangguan kenyamanan hidup. Pada gilirannya, semua ini harus dipikul dengan biaya yang sangat tinggi.
Ide pembangunan ini didasari keprihatinan mengenai kelangkaan sumberdaya alam. Kelangkaan sumberdaya alam menjadi penyebab konflik antar manusia dalam satu negara maupun antar negara. Pengalaman menunjukkan tidak mudah memadukan ekologi dan pembangunan.  Namun harus  mulai dipikirkan memasukkan factor ekologi dalam menyusun strategi pembangunan.
Pertumbuhan ekonomi di masa mendatang dan kualitas kehidupan umat manusia secara keseluruhan sangat ditentukan oleh kualitas lingkungan hidup yang ada pada saat ini. Pencapaian suatu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan yang sekaligus ramah terhadap lingkungan pada dasarnya merupakan suatu definisi yang paling fundamental dari istilah atau konsep “pembangunan ekonomi” itu sendiri. Namun, semakin banyak ahli ekonomi pembangunan yang sepakat bahwa pertimbangan dan perhitungan lingkungan harus dijadikan bagian yang integral dari setiap inisiatif kebijakan.
Sebenarnya dalam taraf individual banyak yang bisa kita lakukan tanpa harus mengeluarkan biaya ekstra demi menyelamatkan lingkungan. Namun dalam skala yang lebih besar, dalam rangka menciptakan perubahan-perubahan lingkungan hidup secara esensial memang dibutuhkan sejumlah besar investasi, pengembangan teknologi antipolusi dan penyempurnaan manajemen sumber daya. Sampai batas tertentu, peningkatan output akan mengorbankan lingkungan hidup. Demikian pula sebaliknya, upaya pelestarian lingkungan hidup mengharuskan kita untuk menahan diri dalam mengejar output yang lebih tinggi.
Pembangunan lingkungan (ecodevelopment) memegang peranan penting dalam menentukan maju atau berhasil atau tidaknya suatu pembangunan tersebut, tidak akan ada gunanya apabila tingkat perekonomian suatu negara yang tinggi tetapi kondisi alamnya rusak. Karena pembangunan  sebagai perencanaan jangka panjang dan menyangkut generasi yang akan datang.
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa yang paling bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan hidup global sebenarnya adalah satu miliar orang yang paling kaya dan satu miliar orang yang paling miskin. Peranan mereka dalam menimbulkan degradasi lingkungan hidup jauh lebih besar daripada 3,2 miliar penduduk dunia berpenghasilan menengah. Kenyataan ini kemudian ditafsirkan sebagai logika argumen yang menyatakan bahwa peningkatan status ekonomi penduduk miskin akan memperparah kerusakan lingkungan hidup. Sedangkan negara-negara industri maju merupakan pihak yang paling bertanggung jawab terhadap tercemarnya udara dan air, termasuk laut. Negara maju memiliki tingkat emisi yang demikian tinggi sehingga perlu melakukan upaya pembatasan.
Upaya dalam mengatasi masalah-masalah degradasi lingkungan :
1)   Perhitungan nilai lingkungan hidup
Tidak dimasukannya biaya-biaya lingkungan dari kalkulasi GNP merupakan salah satu penyebab masih terabaikannya persoalan lingkungan dari ilmu ekonomi pembangunan selama ini. Kerusakan tanah, sumber-sumber air, dan hutan-hutan yang diakibatkan oleh metode produksi yang kurang terencana dan tidak efisien jelas dapat mengurangi tingkat produktivitas nasional, terutama dalam jangka panjang, namun ekses-ekses tersebut acapkali disisihkan dari perhitungan semata-mata demi memunculkan angka-angka GNP yang mengesankan.
Para perencana pembangunan harus selalu melibatkan perhitungan lingkungan dalam perumusan-perumusan kebijakan-kebijkan mereka. Sebagai contoh, kelestarian, atau sebaliknya kerusakan, lingkungan hidup harus dihitung sebagai faktor penambah atau faktor pengurang tingkat pertumbuhan ekonomi serta tingkat kemajuan kesejahteraan penduduk secara agregat (keseluruhan).
2)   Kebijakan dari negara berkembang untuk melindungi negaranya dari degradasi lingkungan, yaitu terdiri dari :
a)    Penentuan harga sumber daya secara memadai
b)   Partisipasi masyarakat
c)    Hak milik dan kepemilikan sumber daya yang lebih jelas
d)   Program-program untuk memperbaiki dan meningkatkan alaternatif-alternatif ekonomi bagi penduduk miskin
e)    Peningkatan status ekonomi kaum wanita
f)    Kebijakan penanggulangan emisi industri

3)   Kebijakan negara-negara maju untuk membantu negara-negara berkembang
a)    Kebijakan perdagangan negara-negara dunia pertama
b)   Pemberian keringanan hutang
c)    Bantuan dari negara-negara dunia pertama

4)   Kebijakan negara maju untuk menyelamatkan lingkungan hidup global
a)    Pengendalian emisi
b)   Penelitian dan pengembangan
c)    Pembatasan impor
Contoh :
Tahun 2010 Universitas Adelaide mempublikasikan hasil penelitiannya soal lingkungan. Empat negara yakni Brazil, Amerika Serikat, China dan Indonesia dinyatakan sebagai negara paling berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan di muka bumi. Ada tujuh indikator yang digunakan untuk mengukur degradasi lingkungan yakni pengundulan hutan, pemakaian pupuk kimia, polusi air, emisi karbon, penangkapan ikan, dan ancaman spesies tumbuhan dan hewan, serta peralihan lahan hijau menjadi lahan komersial seperti mal, pusat perdagangan, dan perkebunan. Negara yang paling berkontribusi dalam perusakan lingkungan adalah : Brazil, Amerika Serikat, China, Indonesia, Jepang, Meksiko, India, Rusia, Australia, Peru.



Daftar Pustaka :
Todaro. Michael P. 1987. Economic Development in the Third World. New York dan London : Longman
Budiman, Arief. 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Bjorn, Hettne. Teori Pembangunan Dan Tiga Dunia
http://dedifahradi.blogspot.com/2011/03/evolusi-makna-pembangunan.html

http://books.google.co.id/books?id=XeG7_eWYLFYC&pg=PA149&lpg=PA149&dq=konsep+pembangunan+egalitarian&source=bl&ots=CvD0vVePS-&sig=NxvAh29hYXJNFn8-RFDPguMtkNM&hl=id&sa=X&ei=akXoU9yNJNXp8AWMtICQCQ&ved=0CB4Q6AEwAg#v=onepage&q=konsep%20pembangunan%20egalitarian&f=false

Mk Teori Pembangunan

Pembangunan
Pembangunan sebagai upaya yang dilakukan manusia secara sadar dan terencana, merupakan fenomena yang menarik untuk diikut, dipelajari, dipahami, dan dikritisi dalam perjalanannya. Sebab, pembangunan sebagai suatu “konsep” ia sesungguhnya sarat akan “nilai” yang dikandungnya (value added)
Pertanyaan awal yang saya ajukan adalah : mengapa perlu pembangunan ? khususnya di negara yang dikenal dengan konotasi “berkembang” ? suatu hal yang melatarbelakangi adalah adanya suatu fenomena, dimana perekonomian di negara berkembang cenderung relatif tertinggal dibandingkan dengan negara-negara maju. Dengan ketertinggalannya tersebut, kemudian akan diatasi melalui pembangunan. Oleh Todaro (1987), dipaparkan tentang ciri-ciri umum perekonomian negara berkembang, diantaranya :
1.      Standar hidup yang rendah
2.      Produktivitas yang rendah
3.      Tingkat pertumbuhan penduduk dan beban ketergantungan yang tinggi
4.      Tingkat pengangguran yang tinggi dan meningkat terus serta kekurangan pekerjaan
5.      Sangat tergantung pada produksi pertanian dan barang ekspor primer
6.      Dominasi, ketergantungan dan kepekaan yang besar dalam hubungan internasional

Kondisi perekonomian tersebut, yang menjadikan fenomena kemiskinan menjadi ciri yang menonjol di banyak negara berkembang yang sudah barang tentu bisa dijelaskan secara teoritis tentang faktor determinan mengapa kemiskinan itu terjadi dalam konteks masing-masing negara dengan menggunakan pendekatan struktural maupun kultural.
Thesis menarik, dikemukakan oleh Rganar Nurske (1973) yang mengemukakan bahwa “the country is poor, because it is poor”. Baginya kemiskinan yang terjadi karena negara yang bersangkutan terbelenggu dalam lingkaran setan (tidak berujung pangkal)
Kondisi itulah yang kemudian akan diatasi melalui kegiatan pembangunan yang didasarkan pada konsep dan pengertian yang dikemukakan oleh banyak pakar dengan berbagai perspektif. Dibawah ini akan saya paparkan beberapa konsep dan definisi tentang pembangunan.

Definisi pembangunan
Pembangunan dirumuskan sebagai proses perubahan yang terencana dari suatu situasi nasional yang satu ke situasi nasional yang lain yang dinilai lebih tinggi (Katz : 1971 dalam Moeljarto, 1987). Makna tersebut mengandung pengertian bahwa pembangunan menyangkut “proses perbaikan” sebagaimana dikemukakan oleh Dudley Seers (The Meaning of Development 1973). Sedangkan Todaro (1987), mengemukakan pembangunan harus diartikan atau dimaknai lebih dari sekedar pemenuhan materi di dalam kehidupan manusia. Pembangunan seharusnya merupakan proses multidimensi yang meliputi perubahan organisasi dan orientasi dari seluruh sistem sosial dan ekonomi (p.614). bagi Todaro (2000), pembangunan harus memenuhui 3 (tiga) komponen dasar yang dijadikan sebagai basis dan pedoman praktis, yaitu :
1.      Kecukupan (sustainance) memenuhi kebutuhan pokok
2.      Meningkatkan rasa harga diri atau jati diri (self-esteem), serta
3.      Kebebasan (freedom) untuk memilih

Sementara itu, Amartya-Sen peraih nobel ekonomi 1998 mengemukakan bahwa pembangunan seharusnya merupakan proses yang memfasilitasi manusia untuk mengembangkan sesuatu yang sesuai  dengan pilihannya (development as a process of expanding the real freedom that people enjoy)
Oleh karenanya, UNDP mendefinisikan pembangunan khususnya pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk (a process of enlarging people’s choice) dan penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimate end) bukan alat, cara atau instrumen pembangunan.
Sehingga secara fisiologis, dapatlah dikemukakan bahwa proses pembangunan dapat diartikan upaya yang sistematik dan berekesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik(lihat Eman,dkk 2009)
Berbagai definisi tersebut, pada gilirannya akan dan telah menimbulkan berbagai dilema yang melekat pada konsep tentang pembangunan terkait dengan bagaimana konsep/teori tersebut diimplementasikan dalam mewujudkan tujuan yang hendak dicapai suatu negara bangsa (nation state).

Oleh karenanya untuk memahami berbagai teori/konsep pembangunan tersebut perlu untuk dipahami tentang beberapa pendekatan dalam pembangunan (ekonomi) diantaranya yaitu :
1.      Pendekatan sosial budaya dalam masalah pembangunan. Pendekatan ini menonjolakn tata sosial budaya di masyarakat negara berkembang sebagai dimensi yang lebih penting daripada perilaku ekonomi golongan masyarakat.
2.      Pendekatan neo-marxis dan aliran “dependencia”. Pendekatan ini berpangkal pada teori nilai surplus berdasarkan pemerasan terhadap tenaga kerja dan dialektika sebagai faktor dinamika dalam gerak perkembangan keadaan.
3.      Pendekatan strukturalisme. Pendekatan ini memandang bahwa pembangunan ekonomi adalah suatu proses peralihan (transisi) dari tingkat ekonomi tertentu yang bercorak sederhana menuju ke tingkat ekonomi yang lebih maju.
 
Teori Modernisasi : Perspektif Arief Budiman
Muncul sebagai upaya :
1.      Amerika Serikat untuk memenangkan perang ideologi melawan sosialisme
2.      Untuk membangun negara-negara Eropa pasca Perang Dunia II
3.      Istilah modernisasi merupakan gerakan sosial yang bersifat revolusioner, kompleks, dan sistematik

Beberapa Teori Modernisasi
1.      Harrord – Domar
·         Dicetuskan oleh Evsey Domar dan Roy Harrod
·         Pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tabungan dan investasi, dengan rumus :
∆Y   = s
Y         k  
∆Y   = GNP
Y
s = rasio tabungan nasional, presentase atau bagian output nasional yang selalu ditabung
k = rasio modal output, modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan GNP
·         Berdasarkan rumus tersebut Harrod Domar berpendapat bahwa masalah pembangunan pada dasarnya merupakan masalah menambahkan investasi modal
·         Prinsip dasar : kekurangan modal, tabungan dan investasi menjadi masalah utama pembangunan
2.      Walt W. Rostow
·         Teori Pertumbuhan Tahapan Linear (linear-stages of growth.mcdels)
·         Buku : The Stages of Economic Growth : A Non Communist Manifesto (1960)
·         Pembangunan dikaitkan dengan perubahan dari masyarakat agraris dengan budaya tradisional ke masyarakat yang rasional, industrial dan berfokus pada ekonomi pelayanan.

Tahapan Linear W.W Rostow

1)      Masyarakat Tradisional
·         Berdasarkan pertanian
·         Ilmu pengetahuan masih belum banyak dikuasai
·         Dikuasai kepercayaan tentang kekuatan-kekuatan di luar manusia
·         Masyarakat cenderung bersifat statis, dalam arti kemajuan berjalan sangat lambat
·         Produksi digunakan untuk konsumsi, tidak ada invsetasi.

2)      Prakondisi untuk Lepas Landas
·         Campur tangan dari luar menggoncangkan masyarakat tardisional, sehingga muncul ide pembaharuan. Misalnya : dibukanya armada AL AS di Jepang.
·         Usaha untuk meningkatkan tabungan masyarakat terjadi, dimana tabungan tersebut dimanfaatkan untuk sektor-sektor produktif yang menguntungkan. Misalnya : pendidikan

3)      Lepas Landas
·         Tersingkirnya hambatan proses pertumbuhan ekonomi
·         Tabungan dan investasi yang efektif meningkat dari 5 % - 10 %
·         Pertanian menjadi usaha komersial untuk mencari keuntungan, tidak hanya untuk konsumsi.
·         Industri baru berkembang pesat, dimana keuntungan dari industri tersebut ditanamkan kembali ke pabrik baru.

4)      Bergerak ke Kedewasaan
·         Teknologi diadopsi secara meluas
·         Pada tahap ini negara memantapkan posisinya dalam perekonomian global, barang yang tadinya impor diproduksi sendiri
·         Tabungan dan investasi yang efektif meningkat antara 10% - 20 %

5)      Konsumsi Massal yang Tinggi
·         Konsumsi tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok untuk hidup tapi meningkat ke kebutuhan yang lebih tinggi
·         Perubahan orientasi produksi dan kebutuhan dasar menjadi kebutuhan dasar menjadi kebutuhan barang konsumsi tahan lama
·         Surplus ekonomi tidak lagi digunakan untuk investasi tetapi digunakan untuk kesejahteraan sosial
·         Pada tahap ini pembangunan sudah berkesinambungan.

3.      David McClelland
·         Buku The Achievement Motive in Economic Growth
·         Teori : Need for Achiement (n-Ach)
·         Keinginan untuk kebutuhan berprestasi bukan sekedar untuk mendapatkan imbalan tetapi juga kepuasan
·         Pertumbuhan ekonomi yang tinggi didahului oleh n-Ach yang tinggi.

4.      Max Weber
·         Buku : “The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism”
·         Buku tersebut mencoba menjawab mengapa beberapa negara Eropa dan AS mengalami kemajuan ekonomi pesat di bawah sistem kapitalisme.
·         Hasil analisis : salah satu penyebab utamanya adalah “etika protestan”
·         Etika protestan :
ü  Lahir melalui agama protestan yang dikembangkan oleh Calvin
ü  Keberhasilan kerja di dunia akan menentukan seseorang masuk surga/neraka
ü  Berdasarkan kepercayaan tersebut kemudian mereka bekerja keras untuk menghilangkan kecemasan. Sikap inilah yang diberi nama “etika protestan”
·         Konsep etika protestan akhirnya menjadi konsep umum yang tidak dihubungkan lagi dengan agama.
·         Robert Bellah melakukan penelitian agama Tokugawa dan menemukan nilai yang sama.

5.      Bert F. Hoselitz
·         Karyanya “Economic Growth and Development Noneconomic Factors in Economic Development”
·         Membahas faktor-faktor non ekonomi yang ditinggalkan Rostow yang disebut faktor “kondisi lingkungan”
·         Kondisi lingkungan maksudnya adalah perubahan-perubahan pengaturan kelembagaan yang terjadi dalam bidang hukum, pendidikan, keluarga, dan motivasi.
·         Pembangunan membutuhkan pemasokan 2 unsur :
ü  Pemasokan modal besar dan perbankan
Ø  Perbankan dibutuhkan agar pengalaman abad ke – 19 di Cina, yaitu surplus ekonomi yang dikorupsi oleh pejabat untuk pembelian tanah.
ü  Pemasokan tenaga ahli dan Terampil
Ø  Tenaga yang dimaksud adalah tenaga kewiraswastaan, administrator profesional, insinyur, ahli ilmu pengetahuan, dan tenaga manajerial yang tangguh.
Ø  Menekankan pada tenaga kewiraswastaan, yaitu tenaga yang mendapatkan pekerjaan sendiri.
Ø  Menekankan masyarakat yang mayoritas dan minoritas, kelompok minoritas akan mencari posisi dengan mencari kekayaan dengan cara wirausaha
Ø  Kelompok minoritas itu mengalami proses anomie
Ø  Anomie : kehilangan pegangan nilai.
·         Menekankan pada adanya lembaga yang menopang seperti lembaga pendidikan, perbankan, mobilisasi modal, dsb.
   
6.      Alex Inkeles dan David H. Smith
·         Buku : Becoming Modern
·         Ciri – ciri manusia modern :
v  Keterbukaan terhadap pengalaman dan ide baru
v  Berorientasi ke masa sekarang dan masa depan
v  Punya kesanggupan merencanakan
v  Percaya bahwa manusia bisa menguasai alam
·         Menemukan bahwa pendidikan 3 kali lebih kuat untuk mengubah manusia dibandingkan yang lainnya berbeda dengan Weber dan McClelland pendapat Inkeles dan Smith didasarkan pada penelitian.
·         Berpendapat bahwa faktor pengalaman kerja di lembaga kerja yang modern dapat mengubah manusia tradisional menjadi manusia modern.

Rangkuman 6 Teori Modernisasi (Perspektif Arief Budiman)

Penyediaan modal untuk investasi
Harrod – Domar
Aspek psikologi individu
McClelland
Nilai – nilai budaya
Weber
Lembaga – lembaga Sosial dan Politik
-          Rostow
-          Hoselitz
Lingkungan Material
Inkeles dan Smith


Teori Ketergantungan (1)

Teori Struktural :
Menekankan lingkungan material manusia. Yakni organisasi kemasyarakatan beserta sistem imbalan-imbalan material yang diberikannya, perubahan-perubahan pada lingkungan material manusia termasuk perubahan-perubahan teknologi. Ini dianggap sebagai faktor yang lebih penting daripada keadaan psikologi dan nilai kemasyarakatan yang ada dalam mempengaruhi tingkah laku manusia. (Budiman:42)

Para pendukung teori struktural :
1.      Hans Singer
·         International division of labor mengakibatkan negara-negara berkembang memproduksi dan mengekspor bahan-bahan mentah ke negara-negara maju (pusat), sementara negara-negara pusat tersebut memproduksi produk-produk manufaktur.
·         Kenyataan menunjukan bahwa nilai tukar kedua komoditas selalu merosot, dengan kerugian di tanggung oleh negara-negara berkembang yang akhirnya menjadi negara-negara pinggiran.
·         Mendukung proteksi untuk pengembangan industri-industri rakyat didalam negeri dan menolak perdagangan bebas.
·         Pelaksanaan kebijakan redistribusi pendapatan didalam negeri.

2.      Joan Robinson
·         Pencetus pemikiran bahwa indutrialisasi di negara-negara berkembang harus berlandaskan realitas sosial di negara-negara berkembang tersebut.
·         Sektor pertanian adalah induk pembangunan dan sektor industri adalah motor pembangunan (offshoot dari sektor pertanian)
·         = Singer, bahwa perdagangan bebas hanya akan menjerumuskan negara-negara berkembang.

3.      Gunnar Myrdal
·         Thesis : Cumulative causation, yaitu : hubungan ekonomi antara negara-negara maju dan yang belum maju telah menyebabkan ketimpangan dalam hal pendapatan/kapita

Teori struktural menyatakan :
      Kemiskinan dilihat terutama disebabkan oleh faktor-faktor eksternal/bekerjanya kekuatan-kekuatan luar yang menyebabkan gagalnya negara tersebut melakukan pembangunan.
      Struktur perekonomian dunia yang bersifat eksploitatif; yang kuat memangsa yang lemah.
      Surplus dari negara-negara yang sedang berkembang mengalir ke negara maju. (Budiman:41-42)

Penyebabnya :
·      Kemajuan iptek, kehadiran pasar yang luas, konsentrasi modal keuangan di negara-negara  maju.
·      Di negara-negara berkembang, tabungan rendah, kesehatan penduduk buruk, tidak berkembangnya industri rakyat.
·      Menurut Myrdal perlu reformasi sosial  untuk  merubah kondisi di negara-negara yang belum maju melalui redistribusi aset ekonomi (kepemilikan tanah, saham, penyediaan akses pendidikan, kesehatan dan fasilitas kredit)

4.      Sentuhan yg Mematikan dan Kretinisme (Paul Baran)
·         Seorang pemikir Marxis yang menolak pandangan Marx tentang pembangunan di negara-negara Dunia Ketiga.
·         The Political Economy of Growth, 1957,(dampak kolonialisme di India); sentuhan negara-negara maju terhadap negara-negara pra-kapitalis berakibat pada terhambatnya kemajuan dan akan mengalami keterbelakangan terus menerus. Hal ini berbeda dengan pandangan Marx

Negara-negara pinggiran mengalami kretinisme, mengapa? Karena berkembangnya kapitalisme di negara-negara maju. Kapitalisme berkembang karena :
ü  Meningkatnya produksi  dikuti dengan tercabutnya masyarakat petani dari pedesaan.
ü  Meningkatnya produksi komoditi dan terjadinya pembagian kerja mengakibatkan sebagian orang menjadi buruh yang menjual tenaga kerjanya sehingga sulit menjadi kaya, dan sebagian lagi menjadi majikan yang bisa mengumpulkan harta.
ü  Mengumpulnya harta di tangan para pedagang dan tuan tanah.
ü  Hadirnya kekuatan asing dalam bentuk modal yang kuat masuk ke negara-negara Dunia Ketiga, membuat surplus yang terjadi di ambil oleh negara-negara kapitalis. Sehingga yang terjadi adalah penyusutan modal.

Penyusutan modal?
  1. Kelas tuan tanah di pedesaan; produsen hasil pertanian yang kemudian di ekspor.
  2. Kelas pedagang, yang dengan masuknya kekuatan asing berhubungan dengan orang-orang asing ini.
  3. Kaum industrialialis yang memproduksi komoditi industri.
  4. Orang asing dengan modalnya yang kuat merupakan komponen yang baru dalam dunia perekonomian negara. (paparan  R. Prebisch & P. Baran disarikan)

T. Ketergantungan (2) :

Teori Ketergantungan :
Negara-negara pinggiran yang pra kapitalis mempunyai dinamika sendiri yang bila tidak disentuh oleh negara-negara kapitalis, akan berkembang secara mandiri. Karena sentuhan negara-negara kapitalis, perkembangan negara-negara pinggiran menjadi terhambat (kretinisme).

Industri substistusi impor (Raul Prebisch)
         Seorang ekonom liberal, direktur Economic Commision for Latin America (ECLA), mantan presdir Bank Sentral Argentina 1935-1943.
         1950 muncul karyanya The Economic Dev of Latin America and its Principal Problems, dianggap karya pertama teori ketergantungan (Manifesto ECLA) :
         Kritikan Prebisch :
Œ sistem pdagangan internasional yang bebas.
 Hambatan industrialisasi, dan karena itu juga hambatan terhadap pembangunan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal.

T. Keunggulan Komparatif àT. Pembagian Kerja Scr Internasional à Spesialisasi produksi à1.2 à 1.Negara-negara pusat menghasilkan barang industri  Ã  2.Neg2 pinggiran memproduksi hasil-hasil pertanian à Penurunan nilai tukar komoditi pertanian terhadap komoditi brg industri.

Defisit neraca perdagangan pada negara-negara pinggiran, yang semakin lama semakin besar.
Thesis Prebisch (Lanjutan)

Pendaptan yang meningkat tidak  menaikan konsumsi makanan, melainkan barang-barang industry. Anggaran negara pinggiran yang digunakan untuk mengimpor barang-barang industri dari negara pusat akan semakin meningkat, sementara itu pendapatan dari hasil ekspor relatif tetap.
negara-negara industri sering melakukan proteksi terhadap hasil pertanian mereka, sehingga sulit bagi negara-negara pertanian melakukan ekspor.
Kebutuhan akan bahan mentah dapat dikurangi sebagai akibat penemuan-penemuan teknologi. Kenaikan pendapatan di negara-negara pertanian akan menaikan permintaan barang-barang industri tetapi tdk berlaku sebaliknya. Tingkat upah buruh yg meningkat akan mnaikan hrg jual brg industri.
keterbelakangan di negara-negara Amerika Latin tetap berlangsung karena negara-negara ini terlalu mengandalkan ekspor barang-barang primer” (tesis Prebisch-Singer)
Bila mau membangun dirinya, negara-negara yang terbelakang harus melakukan industrialisasi; dimulai dengan industri substitusi impor.
Pemerintah perlu memberikan proteksi pada industri dalam negeri yang masih bayi.
Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam proses industrialisasi ini supaya negara terbebas dari rantai keterbelakangan. Tetapi tidak dianjurkan pelaksana ekonomi terpimpin/liberal.
Eksternal pasar dipertahankan, tetapi melalui arahan dari negara.

Pembangunan Keterbelakangan (Andre Gunder Frank)
         Seorg ekonom Amerika yang bekerja di ECLA bersama R.Prebisch. karyanya : Capitalism &  Underdevelopment in Latin America (1967), “kapitalisme baik yang global maupun nasional adalah faktor yang telah menghasilkan keterbelakangan di masa lalu & akan terus mengembangkan keterbelakangan di masa skrg.”
         Konsep yg dikembangkan Frank : Negara pusat (metropolis), negara pinggiran (satelit).
         Hubungan politis antara modal asing dengan kelas-kelas yang berkuasa di negara-negara satelit.

Tiga komponen utama :
  1. Modal asing
  2. Pemerintah lokal di negara-negara satelit
  3. Kaum borjuasi

Ciri-ciri perkembangan kapitalisme satelit :
         Kehidupan ekonomi yang tergantung
         Terjadinya kerjasama antara modal asing dengan kelas-kelas berkuasa di negara-negara satelit.
         Terjadinya ketimpangan antara yang kaya (kelas dominan yang melakukan eksploitasi) dan yang miskin (rakyat yang dieksploitasi).

Theotonio Dos Santos
Ketergantungan :“suatu keadaan dimana negara tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari negara-negara lain, dimana negara-negara tertentu ini hanya berperan sebagai penerima akibat saja”.

Tiga bentuk ketergantungan :
  1. Ketergantungan kolonial; dominasi politik, hub eksploitatif.
  2. Ketergantungan finansial-industrial; secara politis merdeka, penguasaan dalam bentuk finansial & industrial.
  3. Ketergantungan teknologi-industrial; penguasaan melalui monopoli teknologi.

Hambatan industrialisasi pada negara pinggiran :
  1. Kesulitan negara-negara tersebut mendapatkan valuta asing (untuk industrialisasi) sebagai akibat turunnya harga riil komoditi primer.
  2. Neraca perdagangan defisit; nilai tukar yang menurun, penguasaan sektor ekonomi yang dinamis oleh modal asing, pinjaman luar negeri.
  3. Monopoli teknologi.
TEORI PASCA KETERGANTUNGAN :
PERKEMBANGAN BARU
      Perspektif penting yang diberikan oleh teori struktural/teori ketergantungan adalah aspek eksternal yang berpengaruh besar terhadap pembangunan suatu negara.
      Teori ketergantungan mendapatkan banyak kritik setelah melihat kenyataan empirik bahwa negara-negara pinggiran mengalami kemajuan pembangunan. Suatu hal yang dianggap tidak mungkin oleh teori ketergantungan.
      Kritikan-kritikan tersebut memunculkan teori-teori baru.
1)      Teori Liberal

·         yang  mengkritik Teori Ketergantungan.
·         Gejala ketergantungan tidak hanya pada negara-negara yang ekonominya tergantung, tapi juga pada negara-negara yang ekonominya maju.
·         “Baik dominasi maupun ketergantungan  merupakan gejala yang umum di setiap negara (Sanjaya Lall;1975) ex : Canada, Belgia & India Pakistan.
·         Bagi penganut Teori Liberal, yang penting          dalam pembangunan adalah :modal dan investasi  untuk mendorong pertumbuhan             ekonomi.
·         Kekurangannya adalah kurang memperhatikan faktor politik dan struktur sosial lokal yang dapat mempengaruhi modal.
Ex : tentang kesenjangan pendapatan. Simon Kusnetz menyatakan : kesenjangan pendapatan merupakan gejala peralihan. Artinya kesenjangan akan hilang seiring majunya perekonomian. Hal ini terbantahkan oleh beberapa studi di negara berkembang.

2)      TEORI BILL WARREN

·         Asumsi : Perkembangan kapitalisme di setiap negara adalah sama dan akan terus berkembang sampai mencapai titik jenuh.
·         Setelah mencapai titik jenuh maka kapitalisme akan berubah menjadi sosialisme.
      Teori Warren : Negara pinggiran dapat berkembang dan melakukan pembangunan secara mandiri seperti halnya negara pusat.

3)      TEORI ARTIKULASI

·         Dikembangkan oleh antropolog Perancis Claude Meillassouux dan Pierre Philippe Rey.
      Disebut juga teori yg memakai pendekatan cara produksi (mode of production). Ex : Cara produksi kapitalis, cara produksi feodal
      Jika dalam masyarakat beberapa cara produksi ada bersamaan inilah yg disebut : formasi sosial (dasar dari teori artikulasi)
      Dengan demikian , TEORI ARTIKULASI menyatakan bahwa : keterbelakangan di negara dunia ke-3 disebabkan kegagalan kapitalisme berfungsi secara murni, sbg akibat dr ada nya cara produksi lain yg jg dominan di negara tersebut atau Kombinasi unsur-unsur (artikulasi) kapitalisme tidak efisien
4)      TEORI SISTEM DUNIA (Immanuel wallerstein)

·         Asumsi : bahwa sistem yang ada saat ini adalah merupakan gabungan dari sistem-sistem mini yang ada (world empire). Sistem ini membantu menggerakkan pembangunan di dunia ke-3
      Wallerstein membagi tiga kelompok negara :
1) Negara pusat,
2) negara setengah-pinggiran,
3) negara pinggiran (adopsi dari teori ketergantungan)
            Strategi untuk naik kelas:
            1. Merebut kesempatan yang datang
            2. Naik kelas melalui undangan
            3. Kebijakan dalam negeri untuk memandirikan negara.




MODEL PEMBANGUNAN BARU
(ALTERNATIF MODEL PEMBANGUNAN)
1.      Pembangunan yang mandiri
      Konsep ini mengandung arti bahwa setiap masyarakat pada dasarnya mengandalkan kekuatan dan sumber dayasendiri (SDM, SDA dan kekuatan budaya)
      Merupakan antitesis dari “ketergantungan”.
      “Kemandirian” merupakan jalan keluar thd kesenjangan yg disebabkan oleh interaksi.
2.      Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Eco developmental)
      Ide pembangunan ini didasari keprihatinan mengenai kelangkaan sumberdaya alam. Kelangkaan sumberdaya alam menjadi penyebab konflik antar manusia dalam satu negara maupun antar negara.
      Pengalaman menunjukkan tidak mudah memadukan ekologi dan pembangunan.  Namun harus  mulai dipikirkan memasukkan factor ekologi dalam menyusun strategi pembangunan.
3.       Pembangunan Berwawasan etnis (Ethnodevelopment)         
      Strategi ini didasari pemikiran pengembangan potensi dari berbagai kelompok etnis yang berbeda untuk menghindari perseteruan.
      Strategi pembangunan ini dalam kerangka pluralisme cultural. Berbagai komunitas yang berbeda dalam masyarakat memiliki adat istiadat yang unik serta system nilai yang berbeda. Sehingga konsep pembangunan ini merupakan bentuk perlindungan terhadap hak-hak budaya, religious, dan bahasa. 
      Berbagai masalah dapat muncul akibat pluralism cultural ini, diantaranya perebutan sumberdaya alam yang langka, ketidakseimbangan regional, masalah distribusi, bursa tenaga kerja, dll.
Daftar pustaka :
A Prasetyantoko, Setyo Budiantoro dan Sugeng Bahagijo. 2012. Pembangunan Inklusif. Prospek dan Tantangan Indonesia. LP3ES. Jakarta
Ernan Rustiadi, Sunsun Saefulhakim, dan R. Diah Panuju. 2009. Perencanaan pengembangan Wilayah. Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
Michael P. Todaro. 1987. Economic Development in the Third World. New York dan London : Longman
Moeljarto T, 1987. Politik Pembangunan. PT Tiara Wacana. Yogyakarta
Ragnar Nurske. 1973. Some International Aspect of The Problem of Economic Development, The Economics of Under Development. London : Oxford University Press

Sumitro Djojohadikusumo. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Penerbit PT Pustaka LP3ES. Jakarta